How it started
Kami pasangan yang bertunangan pada tanggal 7 Juli 2007 dan menikah pada tanggal 11 November 2007, yang, kalau ga salah, bertepatan dengan tanggal 1 di bulan ke-11 dalam kalender Islam. Alhamdulillah, kebetulan kami dikasih tanggal bagus dan semoga menjadi pertanda bahwa kehidupan kami ke depan juga akan bagus. Amin.
Saya dan hubby (suami) sering mendengar sebelumnya bahwa jalan menuju pernikahan itu pasti banyak tantangan dan cobaan karena menikah itu ibadah. And let me tell you, itu benar sekali. Saya pun pernah mengalami kegagalan dalam menghadapi cobaan menuju pernikahan sebelumnya, tapi itu karena saya belum tahu bahwa jalan menuju pernikahan akan ada tantangannya... selama itu saya pikir semua cobaan yang ada adalah pertanda bahwa saya mungkin seharusnya tidak menikah dulu. Agak konyol memang kalau dipikir-pikir :) Tapi dengan berbekal nasihat bijak yang baru (dan tentunya juga dengan dorongan semangat dan kesabaran hubby yang ga ada habis-habisnya), akhirnya kali ini saya berhasil melalui semua cobaan. Senang. Ternyata menikah itu memang enak ya :) Saya juga sangat menikmati saat-saat mempersiapkan segala sesuatunya sendiri, walaupun kadang capek hati dan pikiran. Mungkin kapan-kapan saya akan tulis review segala nic nacs pernikahan kami. Siapa tahu bisa bermanfaat bagi orang lain.
Walau pada awalnya saya agak ragu kalau hubby is the one for me, sekarang saya haqqul yaqin bahwa beliau-lah orang yang tepat buat saya. He's not a perfect man, but the perfect one for me.
Oya, cerita pertemuan kami pun bisa dibilang cerita klise orang yang "berjodoh". Kami pertama bertemu saat baru masuk SMA. And he fell in love with me at first sight, katanya.... Cuma dasar sayanya yang agak ndableg, ga merasa (dan mungkin juga karena saat itu saya belum suka), akhirnya saya malah pacaran sama orang lain yang ternyata (katanya lagi nih) membuat hubby sempat trauma terhadap wanita, hahahaha... agak berlebihan nih kayaknya si hubby. Anyway... waktu itu kami saling menjauh. Naik kelas 2 orangtua saya pindah dinas ke Bandung dan ternyata belakangan setelah masuk kuliah saya baru tahu kalo hubby juga waktu itu orangtuanya pindah dinas ke Jakarta. Mayan dekat donk ya? Selama kami "berpisah" pun hubby sudah berulang kali menyatakan cinta, tapi selalu pada saat yang tidak tepat. Maklum, istri tercintanya nih lumayan laku, jadi on market-nya ga pernah lama-lama, hehehehe... lagipula, long distance relationships never works for me. Sampai akhirnya setelah lulus kuliah saya ada rencana menikah, tapi entah kenapa si hubby nih selalu teringat-ingat dalam kepala. Singkat kata, rencana menikah saya itu gagal dan saya akhirnya menikah dengan hubby yang ternyata masih setia berharap (bukan setia menanti lho ya, tp berharap, hehehe). Walau perjalanan menuju sisi si hubby nih kebilang berliku-liku dan penuh kepahitan but I'm so very thankful to be at his side. Memang jodoh ga akan ke mana kok, betul :)
Sekarang we're happily married, dan hidup sampai saat ini Alhamdulillah baik-baik saja. We don't have everything we want, but we have more than we need.
Saya dan hubby (suami) sering mendengar sebelumnya bahwa jalan menuju pernikahan itu pasti banyak tantangan dan cobaan karena menikah itu ibadah. And let me tell you, itu benar sekali. Saya pun pernah mengalami kegagalan dalam menghadapi cobaan menuju pernikahan sebelumnya, tapi itu karena saya belum tahu bahwa jalan menuju pernikahan akan ada tantangannya... selama itu saya pikir semua cobaan yang ada adalah pertanda bahwa saya mungkin seharusnya tidak menikah dulu. Agak konyol memang kalau dipikir-pikir :) Tapi dengan berbekal nasihat bijak yang baru (dan tentunya juga dengan dorongan semangat dan kesabaran hubby yang ga ada habis-habisnya), akhirnya kali ini saya berhasil melalui semua cobaan. Senang. Ternyata menikah itu memang enak ya :) Saya juga sangat menikmati saat-saat mempersiapkan segala sesuatunya sendiri, walaupun kadang capek hati dan pikiran. Mungkin kapan-kapan saya akan tulis review segala nic nacs pernikahan kami. Siapa tahu bisa bermanfaat bagi orang lain.
Walau pada awalnya saya agak ragu kalau hubby is the one for me, sekarang saya haqqul yaqin bahwa beliau-lah orang yang tepat buat saya. He's not a perfect man, but the perfect one for me.
Oya, cerita pertemuan kami pun bisa dibilang cerita klise orang yang "berjodoh". Kami pertama bertemu saat baru masuk SMA. And he fell in love with me at first sight, katanya.... Cuma dasar sayanya yang agak ndableg, ga merasa (dan mungkin juga karena saat itu saya belum suka), akhirnya saya malah pacaran sama orang lain yang ternyata (katanya lagi nih) membuat hubby sempat trauma terhadap wanita, hahahaha... agak berlebihan nih kayaknya si hubby. Anyway... waktu itu kami saling menjauh. Naik kelas 2 orangtua saya pindah dinas ke Bandung dan ternyata belakangan setelah masuk kuliah saya baru tahu kalo hubby juga waktu itu orangtuanya pindah dinas ke Jakarta. Mayan dekat donk ya? Selama kami "berpisah" pun hubby sudah berulang kali menyatakan cinta, tapi selalu pada saat yang tidak tepat. Maklum, istri tercintanya nih lumayan laku, jadi on market-nya ga pernah lama-lama, hehehehe... lagipula, long distance relationships never works for me. Sampai akhirnya setelah lulus kuliah saya ada rencana menikah, tapi entah kenapa si hubby nih selalu teringat-ingat dalam kepala. Singkat kata, rencana menikah saya itu gagal dan saya akhirnya menikah dengan hubby yang ternyata masih setia berharap (bukan setia menanti lho ya, tp berharap, hehehe). Walau perjalanan menuju sisi si hubby nih kebilang berliku-liku dan penuh kepahitan but I'm so very thankful to be at his side. Memang jodoh ga akan ke mana kok, betul :)
Sekarang we're happily married, dan hidup sampai saat ini Alhamdulillah baik-baik saja. We don't have everything we want, but we have more than we need.
0 comments:
Post a Comment